Banyak orang mencoba memberikan definisi kata hidup bagi mereka.
Ada yang bilang hidup itu seperti air.. mengalir. Yang lainnya bilang hidup itu berat. Penuh dengan cobaan dan pertanyaan-pertanyaan. Satu lagi bilang, hidup itu bagaikan perjalanan.
Ini itu. Berbeda beda sesuai jalan pikirnya.
Bagiku hidup itu seperti sebuah film. Dengan Tuhan sebagai sutradaranya dan penulis naskahnya, dan kita sebagai pemainnya. Kita boleh berimprovisasi dengan naskahnya, dan bagaikan telenovela beratus-ratus episode, kita seringnya berputar-putar sebelum sampai di akhirnya.
Bedanya, Sang penulis naskah luar biasa hebat! Dia membuat naskah yang tak mampu ditebak bahkan oleh pemain yang akalnya paling pintar sekalipun. Hingga seluruh pemain hanya bisa bermain, berimprovisasi sebaik-baiknya tanpa tahu bagaimana akhir ceritanya.
Sebagai sutradara, Dia pun luar biasa! Dia mengizinkan semua pemainnya berimprovisasi untuk mendapat akhir yang bahagia. Tidak ada titik mati dalam cerita ini. semua bisa di ubah, semua bisa diperbaiki. Tapi hanya kalau si pemain berusaha dengan sebaik-baiknya, dan hanya kalau si pemain memang sudah saatnya mendapat akhir yang bahagia.
Kamu tahu, Sang Sutradara bahkan pernah berjanji pada seluruh pemainnya bahwa dalam lakon yang mereka perankan, mereka pasti akan merasakan kebahagiaan.
Tapi berbeda dengan film buatan manusia. Karya Tuhan yang berjudul kehidupan ini nyata. Saat kita bahagia, dada kita akan terasa penuh dengan luapan rasa suka. Wajah yang bersemu merah, senyum yang terukir sempurna, mata yang berbinar ceria. Saat kita sedih, seluruh tubuh kita merasakannya. air mata yang mengalir dan membuat mata merah dan perih, rasa sesak seolah paru-paru tak cukup kuat menghisap udara yang berlimpahan di luar sana, ujung jari yang tiba-tiba bergetar dan tulang-tulang yang tiba-tiba saja melemah.
Tidak ada pemeran pengganti untuk semua rasa, semua kondisi, semua pilihan, semua tanggung jawab. Apapun yang kita pilih untuk kita perankan, improvisasi yang kita pilih untuk kita mainkan, cuma kita yang akan merasakannya. Tak boleh dilempar, tak mungkin dipindahkan.
Dan dalam film ini tak ada adegan ulang. Tidak akan ada. kesalahan lakon bisa diperbaiki. Tapi dalam scene yang lain. Bukan mengulang scene yang sama kedua kali.
Tapi tak perlu takut berlakon dalam film ini. Tak akan ada orang jahat sampai mati seperti tak ada orang yang selalu baik bagai malaikat dan peri-peri. Tak ada rasa sakit yang abadi seperti tak ada rasa bahagia yang selamanya akan dirasa diri. Semua berganti. Semua ada masanya. Semua ada waktunya.
Dan sebagai Sutradara yang sempurna, Tuhan sudah membuat satu alur yang pasti untuk tiap pemainnya. Yang tak bisa diubah, tak bisa diprotes, tak bisa ditolak. Bukan berarti berserah saja dengan jalan ceritanya karena ada banyak hal yang bisa dilakukan selain apa yang sudah Dia tetapkan.
Seperti cicak atau katak yang tak akan kelaparan walau binatang yang menjadi makanannya mampu terbang sedang mereka bahkan tak diberikan sepasang sayap oleh sang Sutradara kehidupan. Toh mereka tak protes lalu minta dibuatkan sayap, atau tiba-tiba semua katak dan cicak mati kelaparan. Manusia sebagai pemeran film yang paling sempurna dibanding yang lainnya juga tak perlu takut atau sibuk marah-marah dengan Sang Sutradara hanya karena merasa perannya tak seperti yang mereka inginkan.
Bukankah yang kita inginkan belum tentu baik untuk kita?
Kadang kita harus menanjak dengan penuh peluh, mengeluh betapa lelahnya untuk sampai di puncak. Padahal tak perlu repot mengeluh karena pada akhirnya kita akan menemukan jalan datar yang kita cari dan lalu bisa bernapas dengan senyum di wajah.
Namun kadang kita harus meluncur turun, saat melewati puncak kejayaan, saat harus melepaskan yang selama ini kita miliki. Sakit, sedih, dan membayangkan bagaimana sulitnya saat harus berjalan menanjak lagi. Tapi hey, bukankah jalanan tak akan selalu menurun?!? Akan ada yang datar dan lalu naik lagi.. dan lalu akan ada puncaknya lagi.
Ini hanya sebuah Film tentang kehidupan. Film yang pasti memiliki scene bahagia seperti dia memiliki scene duka. Ada berjuta-juta scene yang berganti-ganti setiap detiknya. Dan apapun keputusan kita si pelakon di tiap detiknya, itu akan merubah jalan cerita selanjutnya. Satu detik saja improvisasi dipilih, maka seluruh jalan cerita bisa berubah.
Takut memilih improvisasi? Takut merubah jalan cerita? Ingin diam saja supaya tak ada cerita yang berubah? Maaf, tapi film akan terus berputar…dan saat si pelakon memilih untuk jadi penakut hanya karena tak ingin jalan cerita berubah. Dia tak akan mendapatkan apapun kecuali rasa takut, kegagalan, dan jalan cerita yang berputar-putar.
Boleh untuk merasakan takut tapi tak ada alasan untuk jadi penakut
Bagiku, hidup adalah hidup. Dengan susah senangnya, bahagia dukanya, berat ringannya. Hidup itu ya hidup, jalani saja!